Ads 468x60px

Featured Posts Coolbthemes

Saturday, February 28, 2015

MENYOAL KONTRADIKSI KEBENCIAN SYI’AH KEPADA PARA SAHABAT (Bantahan-bantahan Agama Syiah)



 “ALLAHU AKBAR malam kamis ini sekitar jam 11.00 kampung majelis Az Zikra yang berada di mesjid Az Zikra Sentul Bogor diserbu segerombolan preman yang mengaku dari paham syi’ah yang dipimpin oleh orang yang mengaku habib Ibrahim. Menganiaya menculik penegak syariah Az Zikra, bang Faisal.” (Bisnis.com)

Demikianlah ekspresi kekesalan Ustadz Ilham Arifin pengasuh kelompok Pengajian Az Zikra yang disampaikan dalam statusnya di Twitter. Penyerangan sekelompok preman yang diduga dari paham Syi’ah tersebut terjadi pada hari malam kamis (11/2/2015).  Hal ini ditengarai karena spanduk yang dipasang di sekitar masjid tersebut berisi penolakan atas paham sesat Syi’ah. Padahal, dasar penyesatan Syi’ah menurut Ustadz Ilham ini berasal dari penyimpangan-penyimpangan Syi’ah yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kejadian tersebut merupakan tanda bahwa Syi’ah (Rafidha dan sekte sesat lainnya) bukan lagi sekedar pemahaman yang perlu diwaspadai. Namun, ia juga telah bertransformasi dalam bentuk nyata berupa pergerakan hingga penganiayaan.
Ada lima penyimpangan pokok yang dijabarakan MUI dalam bukunya Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah Di Indonesia. Penyimpangan tersebut yaitu penyimpangan paham tentang keraguan mereka akan orisinalitas (keaslian) Al-Qur’an; penyimpangan paham Ahlul Bait (keluarga) Rasul shallahu ‘alaihi wasallam dan mengkafirkan Sahabat Nabi; Penyimpangan paham Syi’ah mengkafirkan Umat Islam; penyimpangan paham tentang kedudukan Imam Syi’ah; dan penyimpangan paham tentang hukum nikah mut’ah. Lima penyimpangan tersebut merupakan jurang pemisah antara Islam Ahlus Sunnah dan Syi’ah. Namun, penyimpangan paling kental yang terlihat dari Syi’ah ini adalah penyimpangan mereka paham terhadap Ahlul Bait Rasul shallahu ‘alaihi wasallam dan pengkafiran Sahabat Nabi. Bagaimanakah penyimpangan mereka terhadap Ahlul Bait dan para sahabat? Lalu, apa motif mereka membenci dan mengkafirkan Para Sahabat?

Ahlul Bait dan Para Sahabat dalam pandangan Syi’ah
            Pengkafiran kepada para sahabat Rasul shallahu ‘alaihi wasallam merupakan Aqidah syi’ah yang sungguh batil dan sesat. Begitu banyak hadits-hadits palsu dan pernyataan berupa celaan, laknat, bahkan pengkafiran yang diungkapkan oleh para imam dan pemuka agama mereka. Sebut saja di antaranya Al-Kulaini yang merupakan salah satu pemuka agama Syi’ah dalam bukunya Furu’ al-Kafi yang mengkafirkan semua sahabat kecuali tiga orang ditambah sahabat Ali. Ia meriwayatkan dari Ja’far, “Semua sahabat sepeninggal Nabi shallahu ‘alaihi wasallam murtad (keluar dari Islam) kecuali tiga,” Kemudian saya—Al-Kulaini— bertanya kepadanya, “Siapakah ketiga sahabat ini?” Ia menjawab,”Al-Miqdad bin Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman al-Farisi.”
            Lebih dari itu, syi’ah bahkan telah membuat riwayat khusus yang berisi pengkafiran tiga khalifah pertama yang merupakan sahabat-sahabat utama Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam. Hal ini benar-benar dipertegas oleh Al-Kulaini dalam bukunya yang lain yaitu Ushulul Kaafi, “Abu Bakar, Umar, dan Utsman telah keluar (murtad) dari Iman, karena tidak mau mengangkat Ali menjadi khalifah setelah Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam wafat.” Kaum Syi’ah menganggap bahwa sahabat Ali lebih utama dari sahabat lainnya. Demi pendapat ini, mereka rela membuat hadits berisi pengkafiran para khalifah sebelum Sahabat Ali.
            Istri-istri Nabi pun yang notabene juga merupakan Ahlul Bait menjadi sasaran laknat dari kaum Syi’ah. Dalam kitab Miftahul Jinan yang merupakan refensi Syi’ah menyebutkan, “Ya Allah, berikanlah kepada Muhammad dan keluarganya selawat, dan laknatilah ke dua patung Quraisy, kedua Jibt (tukang sihir) dan thagut-nya dan kedua anak perempuannya (maksudnya: Abu Bakar, Umar, Aisyah, dan Hafsha)”. Bagi mereka, Ahlul Bait hanyalah Sahabat Ali dan Fatimah beserta keturunan-keturunan mereka. Sedangkan istri-istri Nabi shallahu ‘alaihi wasallam tidaklah dianggap Ahlul Bait bahkan merupakan orang-orang kafir yang pantas diberi laknat. 

Bersikap Adil terhadap Ahlul Bait dan Para Sahabat
            Kebencian dan pengkafiran terhadap para Sahabat yang dilakukan oleh kaum syi’ah memiliki motif tersendiri. Kebencian dan Pengkafiran tersebut adalah misi yang sebenarnya memiliki tujuan yang sangat keji. Ketika umat Islam telah sepakat untuk ikut membenci dan mengkafirkan para Sahabat maka mereka akan menolak mengambil ilmu dari mereka. Hal ini berarti hadits-hadits yang jumlahnya puluhan ribu bahkan lebih yang diriwayatkan oleh para sahabat (kecuali yang mereka tidak kafirkan) semuanya tertolak. Kitab-kitab hadits yang kita jadikan rujukan seperti Sahihain (Sahih Bukhari dan Muslim), kitab-kitab Sunan (Abu Daud, At-Tirmidzy, An-Nasa’iy, dan Ibnu Majah), dan kitab-kitab hadits lainnya tertolak.
Lebih dari itu, ada begitu banyak kontradiksi, kejanggalan, dan pertanyaan yang muncul akibat kebencian dan pengkafiran terhadap para Sahabat. Berikut ini merupakan kontradiksi, kejanggalan, dan pertanyaan tersebut:
1.  Allah sendiri yang menjaga para sahabat dan meridhai mereka. Allah berfirman, Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. At-Taubah). Apakah mereka menyangkal bahkan membatalkan ayat tersebut? Jelas ini adalah sebuah kezhaliman yang besar.
2.      Banyak di antara sahabat Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam  yang dijamin masuk ke dalam surga. Bahkan beliau menyatakan secara khusus sepuluh sahabatnya dijamin masuk surga yang di dalamnya terdapat Khulafa’ Ar-Rasyidun. “Sepuluh orang akan masuk surga: Abu Bakr masuk surga, Umar masuk surga, Utsman masuk surga, Ali masuk surga, Thalhah masuk surga, Azzubair masuk surga, ‘Abdurrahman bin Auf masuk surga, Sa’ad masuk surga, dan Abu Ubaidah ibn al-Jarrah masuk surga” (HR. Ahmad dan selainnya). Kalau begitu, mereka menyatakan bahwa Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam telah berbohong? Sungguh merekalah yang pembohong!
3.      Mencelah para sahabat bahkan memberikan mereka gelar zhalim, fasik, bahkan kafir sangat bertentangan dengan pembelaan Nabi kepada para sahabatnya. Bukankah beliau yang bersabda, “Hati-hatilah terhadap sahabat-sahabatku, hati-hatilah terhadap sahabat-sahabatku, janganlah menjadikan mereka sasaran cacian setelahku, barangsiapa mencintai mereka, maka berarti mereka telah mencintaiku dan barang siapa membenci mereka, maka berarti telah membenciku” (HR. Imam Ahmad). Berarti mereka telah menyatakan kebencian kepada Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam kalau begitu?
4.      Di mana derajat mereka dibanding para sahabat yang mereka kafirkan? Bukankah beliau yang bersabda, “Janganlah kalian mencaci para sahabatku, andaikan kalian bersedekah dengan emas sebesar Gunung Uhud, maka hal itu tidak bisa mengimbangi sedekah yang dikeluarkan para sahabatku satu mud (ukuran isi sama dng 5/6 liter pen.) atau separuhnya" (HR. Bukhari dan Muslim). Ini baru keutamaan mereka secara umum, belum lagi keutamaan mereka secara khusus yang begitu banyak semisal keutamaan sahabat Abu Bakar yang iman-nya bila ditimbang lebih berat dari umat Islam lainnya dan ketinggian ilmu sahabat Umar yang setan pun lari darinya.
5.      Mereka menyatakan ‘Aisyah adalah seorang pezinah. Kalu begitu, apakah Allah tega memberikan Nabi istri seorang pezinah? Berarti mereka menuduh Allah berbuat zalim. Padahal Allah Azza wa Jalla jelas membelah Aisyah dalam surah An-Nur ayat sebelas serta menyatakan bahwa orang yang menuduh Aisyah adalah pembohong dan akan menerima azab yang besar.
6.      Mereka menyatakan bahwa Al-Qur’an Utsman adalah batil dan telah terjadi distorsi (pengurangan dan penambahan)? Lalu, apakah tega Ahlul Bait membiarkan dan mendiamkan “kemungkaran yang besar ini”? berarti selama ini mereka tidak memiliki pedoman agama yang berarti pula bahwa mereka selama ini hidup dalam keadaan sesat tanpa petunjuk. Padahal Alquran adalah petunjuk untuk orang-orang yang bertakwa dan Allah pula menggaransi bahwa tidak ada keraguan di dalamnya (makna QS. Albaqarah: 2)
7.      Bagaimana mungkin para sahabat menjadi orang-orang yang zhalim, kafir, bahkan menghianati risalah Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam padahal sahabat Ali, Hasan, dan Husain (cucu Rasulullah) ada di zaman tersebut? mengapa mereka tidak mencegahnya? atau mereka menuduh sahabat Ali yang notabene adalah alim di antara para sahabat akan membiarkan sebuah kezhaliman? Padahal beliau termasuk di antara para sahabat yang membaiat tiga khalifah awal yang mereka kafirkan tersebut. Ataukah mereka berprasangka bahwa beliau dipaksa? Dalam sejarah dikisahkan pula, beliau adalah orang yang mampu mengangkat gerbang khaibar yang tidak bisa diangkat oleh pahlawan-pahlawan muslim lainnya. Beliau pula yang selalu mewakili pasukan Islam dalam adu tanding sebelum berperang dan beliau selalu menang. Ataukah mereka menuduh Allah memberikan Nabi sahabat-sahabat penghianat? Sungguh, merekalah yang penghianat besar!
8.      Mengapa Hasan bin Ali menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada Sahabat Muawiyah yang mereka anggap kafir padahal para sahabat yang mendukung Ali dan Beliau banyak dan pasukan di belakangnya pun puluhan ribu jumlahnya? Sungguh memang ini adalah kebohongan yang nyata. Selain daripada itu, begitu banyak lagi kontradiksi yang muncul apabila kita menelaah lebih jauh. Dan kepada Allah-lah tempat kita berlindung dari makar-makar kaum Syi’ah.
Olehnya, menjadi sebuah keharusan bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia untuk menolak dan menghadang akan pemikiran dan pergerakan Syi’ah terkhusus di Indonesia. Karena kita adalah umat Ahlussunnah dan tidak selainnya. Kita adalah Islam dan bukan Syi’ah.  Kita seperti yang dinyatakan oleh Prof. Dr. Buya Hamka ketua MUI pertama,
“Ketika saya di Iran, datang 4 orang pemuda ke kamar hotel saya, dan dengan bersemangat mereka mengajari saya tentang revolusi dan menyatakan keinginannya untuk datang ke Indonesia guna mengajarkan revolusi Islam Syi’ah itu di Indonesia. Kami menerimanya dengan senyum simpul. ‘Boleh datang sebagai tamu, tetapi ingat, kami adalah bangsa yang merdeka dan tidak menganut Syi’ah!’ ujar saya.” (dalam artikelnya Majelis Ulama Indonesia bicaralah!)

Friday, February 13, 2015

Problematika Dakwah Kampus: Nasehat untuk Pejuang Dakwah dan Tarbiyah



Bismillaah….

Ikhwa, sama kita tahu bahwa cuaca belakangan ini mendung, hujan, dan berangin cukup kencang. Agaknya, inilah terjadi di sela-sela kehidupan keseharian kita dalam hidup berjamaah bahwa ada krisis ukhuwah di antara para ikhwah seperti mendung, hujan, dan angin kencang sebagai deskripsinya.

BEGINILAH PEMBUKTIAN CINTA YANG SAHIH: Catatan Kecil Maulid Nabi




“Kericuhan ini terjadi saat perayaan Maulid Nabi Muhammad saw di Balla Lompoa, Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Senin (12/1/2015) siang. Ratusan warga yang tidak sabar menunggu hingga berakhirnya acara, langsung menyerbu dan berebut gunungan yang berisi telur dan hasil bumi. Akibatnya, tak sedikit anak-anak dan ibu-ibu yang berebut terjatuh dan terinjak oleh warga. Bahkan, beberapa di antara petugas pun ikut berebut di tengah-tengah warga.” (Makassarterkini.com.)

TIPS MENGHAFAL DAN MUROJA’AH METODE THAIF KERAJAAN ARAB SAUDI (30 menit sukses menghafal satu halaman dan melekatkannya di hati dan kepala)



Menjadi seorang penghafal Alquran tidaklah menuntut bahwa seseorang harus kuliah di perguruan tinggi Islam  dan mengambil jurusan yang berkaitan dengan ilmu agama Islam. Namun, semua orang berhak menjadi penghafal Alquran, baik orang tersebut kuliah di perguruan tinggi Islam atau selainnya. Bahkan dalam skala umum, pekerjaan bukanlah batasan untuk menjadi seorang penghafal Alquran. Guru mengaji, guru mata pelajaran umum, dokter, direktur pertamina, dukun beranak, supir taksi, buruh bangunan, tukang becak, bahkan penjual tahu isi pun semua memiliki kesempatan untuk menjadi seorang penghafal Alquran. Maka, yang dibutuhkan ialah niat serta konsistensi yang mantap apabila benar-benar ingin memulainya.
            Suatu ketika, penulis memiliki kesempatan menghadiri muhadarah tips mengahafal Alquran dengan menggunakan metode Thaif dari kerajaan Arab Saudi. Metode ini dibawakan langsung oleh sang pemegang sanad hadis sekaligus murobbi penulis yang bernama Ustadz H. Ardian Kamal, S.Pd yang juga berprofesi sebagai mahasiswa S2 di Universitas King Saud jurusan fisika, Arab Saudi. Metode ini terbilang unik, khas, dan juga efektif serta efisien. Bayangkan, kurang dari 30 menit kita dapat menghafal satu halaman Alquran. Alhamdulillah, sekitar enam orang mencapai target tersebut setelah metode tersebut langsungkan dipraktikkan (setelah muhadarah selesai dilakukan) pada hari Kamis pagi, 28 Agustus 2014 di Masjid Ulil Albab Universitas Negeri Makassar.

BEGINI SEHARUSNYA CINTA: Mengapa Valentine Begitu Penting



Februari bagi sebagian manusia menjadi bulan romantis dan penuh kasih sayang. Bunga dan coklat dalam bungkusan lafazh cinta adalah salah satu bentuk pengejawantahan dari lelaki bagi wanita yang dikasihinya. Bahkan, tak jarang, lafazh cinta tersebut berujung perzinahan yang dianggap sebagai bentuk pembuktian cinta yang tertinggi antara sepasang anak manusia. Benar, bulan ini terdapat sebuah tanggal yang menjadi simbol kasih sayang bagi mereka. Sebuah tanggal yang menjadikan pemuda-pemudi, pria-wanita, untuk hanyut dalam buaian panah-panah cinta dari syaithan yang hendak menjerumuskan mereka,  

Saturday, August 16, 2014

Sebuah catatan: Mengapa Saya Harus Berjuang?



Bismillaahirrahmanirrahim,

Puji syukur untuk Allah dan Selawat serta salam untuk Muhammad bin Abdullah.
 
        Judul di atas adalah sebuah pertanyaan yang sebenarnya harus tertanam kepada setiap manusia (terkhusus aktivis dakwah). Ini yang terkadang saya tanyakan pada diri pribadi, “Mengapa saya harus berjuang?”. Sebuah pertanyaan yang menelusup masuk ke dalam sanubari.

Tuesday, August 12, 2014

MENYOAL: PROBLEMATIK AKTIVIS DAKWAH KAMPUS




Bismillaah….

Ikhwa (juga akhwat), sama kita tahu bahwa terkadang cuaca belakangan ini mendung, hujan, dan berangin cukup kencang. Agaknya, inilah terjadi di sela-sela kehidupan keseharian kita dalam hidup berjamaah bahwa ada krisis ukhuwah di antara para ikhwah seperti mendung, hujan, dan angin kencang sebagai deskripsinya.

Ikhwa, dunia memang ibaratnya sebuah film ataupun (Sandiwara Langit: kata Ustadz Abu Umar Basyir). Ada sutradara, ada pemeran, ada panggung, dengan segala macam hal yang berkaitan. Pun dalam suasana yang terbangun ada canda, ada tangis, banyak tawa, dan sebagainya. makna firman Allah, dunia ini pangung senda gurau, namun di sisi Allah itulah yang lebih baik. Dan ikhwa, kita ini para pemerannya yang senantiasa akan ada adegan-adegan yang tak terduga dengan berbagai hasil akhir yang yang tak terkira.

Sunday, March 30, 2014

CATATAN SEMINAR: MENGENAL DAN MEWASPADAI PENYIMPANGAN SYI’AH DI INDONESIA: GERAKAN INDONESIA TANPA SYIAH


Maraknya penyimpangan-penyimpangan serta aliran-aliran sesat di Indonesia memunculkan keresahan yang begitu besar pada rakyat Indonesia. Penyimpangan-penyimpangan tersebut mengarah pada pendangkalan akidah sehingga dapat menjadikan umat Islam Indonesia kabur terhadap kebenaran yang sahih. Salah satu aliran yang menyimpang tersebut adalah Syi’ah yang telah ditetapkan sebagai aliran menyimpang oleh Majelis Ulamah Indonesia (MUI). Sebagai bentuk penegasan maka MUI pusat kemudian meyusun dan menerbitan sebuah buku saku berjudul “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia” bagi masyarakat Indonesia.

Friday, April 19, 2013

Ketika Kiriman Tak Berbalas ( ½ Kisah Nyata)


Bismillah,

            Ah, kawan. Kampus indah kalau suasana sore datang menjemput. Semburat jingga kekuningan terpancar di penjuru bumi sana. Membawa dan ikhlas membagi tawa dan bahagia. Berkumpul dengan kawan, hilang gundah dan gulana. Langit biru nan dibalut dengan awan-gemawan yang bertabur secara parsial. hanya angin yang bersepoi simultan menawan.
            Tetabuan gendang, bunyi dram, dawai gitar, dan alunan musik datang dari arah timur dari Fakultas Seni dan Desain. Setidaknya, mereka bisa bebas tanpa harus memikirkan renstra (rencana strategis) untuk berperang melawan mahasiswa-mahasiswa Fakultas Teknik yang berada di ujung timur sana entah sedang berbuat apa—Namun, bukan berarti bahwa penulis setuju dengan wasilah kebebasan mereka.
            Sore ini, semua orang (tepatnya mahasiswa), sibuk dalam urusannya dan berkutat dalam dunianya (masing-masing).  Ada yang mungkin sibuk memadu cinta di belahan kampus sana. Dan mungkin ada pula yang saking sibuknya belajar di kos masing-masing kalau film Korea, bahan gosip, dan makanan telah habis (sekali lagi mungkin dan tolong catat itu). Inilah yang kusebut euforia di sore hari.
            Lalu, untuk itu... apa yang hendak diucapkan?? Betul, Alhamdulillah (walaupun hal ini masih perlu diintropeksi ulang). Terkadang kita sulit sekali untuk hanya sekadar mengucapkan satu kata dengan redaksi seperti di atas. Mungkin, karena kerasnya hidup ini dan segala soal dan permasalahan yang meliliti dan melingkupi diri kita menjadi penyebab utamanya.
         Taruhlah kita ambil satu contoh dari kalangan mahasiswa. Mungkin kita pernah saling berkorespondensi dengan birokrasi kampung bernama orang tua perihal uang kiriman. Namun ternyata, kita mendengarkan kabar buruk bahwa sedang terjadi hama di kampung dan untuk bulan itu, panen GAGAL! Atau mungkin penyebabnya ialah adik kita baru kecelakaan jatuh dari pohon mangga hingga kepalanya terkilir sehingga membutuhkan dana yang banyak sebagai pengobatannya hingga uang kiriman yang sudah dipersiapkan untuk kita, tidak jadi dikirimkan. Ditambah lagi, orang tua telah memiliki hutang yang banyak di kampung untuk membayarkan kebutuhan hidup sehari-hari.
            Contoh kasus yang kedua, pernahkah kawan selaku mahasiswa merasakan hanya punya uang 27 ribu di dompet yang seribuanya terbuat dari 2 koin 500 rupiah. Namun ternyata, 30 ribunya mau dipakai untuk bayar hutang yang kita telah berjanji kemarin kepada seseorang untuk membayarnya hari ini. Apa yang pembaca lakukan kalau diperhadapkan pada masalah tersebut?
            Mungkin pembaca merespon dengan menjawab “Kan masih ada ATM?” penulis menjawab, “Benar, alhmadulillah, Kita memiliki tiga ATM ternyata. Satunya ATM Mandiri, dua lainnya ATM BRI dan ATM BNI. Namun, pada ATM BNI saldo kita ternyata hanya di bawah sepuluh ribu, otomoatis, mustahil untuk ditarik. Sedangkan pada ATM Mandiri, kita punya saldo 190 ribu. Tapi ternyata tidak bisa ditarik lantaran, ATM tersebut punya persyaratan untuk menetapkan dana awal di rekening sebesar 100 ribu. Nah, kalau mau ditarik 100 ribu, maka itu hal mustahil karena saldo tidak mencukupi untuk dana awal.” Mungkin ada pembaca yang mengatakan, “Kenapa tidak tarik 50 ribu saja, beres kan?” penulis jawab, “Namun kita diperhadapkan susah untuk mencari ATM Mandiri yang 50 ribuan. Selanjutnya ATM BRI. Alhamdulillah, ATM BRI kita memiliki saldo 240 ribuan. Namun masalahnya, berkali-kali mencoba, ternyata tidak bisa ditarik karena entah Kartu atau ATM-nya yang bermasalah. Terus apa yang pembaca lakukan?”
            Bisa jadi pembaca serentak tanpa perlu diakomodir mengatakan “PINJAM!!”
            Aha... ide yang bagus. Walau pun terkesan idenya kurang kreatif. Alhamdulillah penulis merasakan permasalahan di atas (kasus II). Hanya, penulis merasa enggan melakukan solusi tersebut, entahlah. Yah, saya si penulis mencoba untuk bersabar dan berharap keajaiban akan datang entah dari mana. Gaji sebagai guru privat belum jelas kapan cair begitu pula beasiswa Bidik Misi baru cair bulan depan, permasalahan yang cukup kompleks. Namun, Saya terngiang dengan perkataan seorang saudara fi sabilillaah (di jalan Allah) yang ia kirim melalu sms bernada,
meyyiaristha.blogspot.com
           “Bismillah, sabar itu ilmu tingkat tinggi, belajarnya tiap hari, latihannya setiap saat, ujiannya mendadak, sekolahnya seumur hidup, dan hadiahnya kebahagiaan.. mari bersabar dalam kondisi apa pun...”
            Masya Allah, semoga beliau selalu dalam rahmat Allah. Benar kawan, sabar itu ilmu tingkat tinggi. Kita belajar kesabaran itu tiap hari. Mungkin kita pernah digosipi, dibenci, dicaci, dihina, dimaki, dipukuli, diputuskan (untuk hal ini, penulis ucapkan alhamdulillah kalau pacarannya tidak secara Islami), diduakan, dan berbagai permasalahan negatif lainnya. Namun, dengan permasalahan itu semua menuntut untuk kita belajar bersabar dan perlahan menjadi dewasa. Belajarnya benar-benar tiap hari karena masalah itu tiap hari—insya Allah—datang mengecup kita, membelai, hingga menerabas masuk dengan paksa ke dalam hati membuat rasa yang tak pasti (baca: was-was). Hingga sampai napas berada di ujung tenggorokan, mungkin saat itulah kita tamat dari sekolah kesabaran hingga meraih titel kebahagiaan, insya Allah.
            Allah berfirman dalam salah satu ayatnya yang berbunyi, “Mohonlah pertolongan (kpd Allah) dengan  sabar dan salat. Sungguh Allah beserta orang-orang yang sabar.” 2:153, kemudian di dua ayat berikutnya kita temukan “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar....” dan banyak lagi ayat-ayat tentag kesabaran dalam Alquran yang lebih dari empat puluh ayat, wallahu a’alam... (saya tahu, karena saya lihat indeks Alquran tentang ayat kesabaran)...

***
            Hujan deras, di kampus. Dedaunan basah dan berjatuhan karena angin. Sekali lagi, manusia tiada yang bisa menebak cuaca dengan pasti. Kemarin cerah, sekarang hujan. Entah bagaimana nanti.
            Di bagian akhir ini, penulis mengajak kepada membaca untuk sama-sama belajar bersabar, walau pun dan bagaimana pun situasi yang kita hadapi. Kesabaran ada pada awal permasalahan, bukan ketika kita telah lelah merontah, berteriak tak karuan, dan mengeluh kepada setiap orang (pakai facebook pula) dan setelah itu berkata “Baiklah, saya akan bersabar!!!”.
            Benar hal ini susah, penulis pun merasakannya. Namun, tak ada kata tak mungkin selama kita mau berusaha. Berusaha untuk bersabar. Boleh jadi, masih banyak yang lebih buruk keadaannya daripada kita. Taruhlah, kiriman kita tak berbalas namun badan kita masih sehat sehingga bisa digunakan untuk bekerja sampingan. Sementara di sisi lain, ternyata ada mahasiswa yang kurang beruntung mengalami sakit mag akut karena sudah enam bulan tidak dikirimkan uang. Contoh lainnya, badan kita begitu sehat namun kita sering mengeluhkan berbagai macam hal. Sementara masih ada orang yang pincang kakinya, patah tangannya, hilang matanya, menderita penyakit kanker kronis, menderita tumor ganas di seluruh tubuhnya, dan mungkin telah ada yang mati. Kawan, rumput tetangga tak selamanya lebih hijau dari rumput di halaman sendiri. Mengapa kita selalu melihat ke atas sedangkan kita lupa untuk sesekali menengok ke bawah.
            "Perkara orang mukmin mengagumkan, sesungguhnya semua perihalnya baik dan itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mukmin, bila tertimpa kesenangan, ia bersyukur dan syukur itu baik baginya dan bila tertimpa musibah, ia bersabar dan sabar itu baik baginya." (HR. Muslim).
            Manshabara zhafira, sebuah pepatah dari Arab yang berarti siapa yang bersabar akan beruntung.
            Untuk tulisan ini, sebaiknya kucukupkan sekian. Kalaulah ada manfaatnya, silakan pembaca ambil dan mengimplementasikannya dalam hidup serba unpredictible ini. kalau tidak ada yang bisa dipetik, penulis mengucapkan maaf karena penulis hanya pemula dalam dunia aksara dan hikmah, hanya mencoba untuk saling berbagi.
            Selawat dan taslim kepada Rasulullah saw, keluarga, dan sahabatnya serta orang-orang yang menyertainya. Semoga kita dikumpulkan bersama orang-orang yang kita cinta dan saya mencintai Rasulullasah saw dan apa-apa yang dicintai beliau. Wallahu a’lam.
Cat.: Uang yang saya miliki sekarang sekitar 5.500 rupiah, tadi bayar hutang kepada seseorang tersebut dan masih ada hutang 20.000 hutang sepuluh ribu yang baru datang karana lusa organisasi yang saya geluti mengadakan musyker. Tampaknya, saya akan pikirkan saran dari pembaca yang mungkin tawarkan, yaitu “PINJAM”, hehe...

18-19 April 2013
Hidup terlalu singkat untuk diisi dengan sejumlah keluhan!

Tuesday, April 16, 2013

Belajar Menikmati Hidup dan Tidak Gila Urusan!


Bismillaah...
www.multiply.com
            Ada banyak cara bagi seseorang untuk melampiaskan kekesalan dan keresahan hatinya. Ada cara yang positif, namun ada pula cara yang negatif. Cara negatif sama-sama kita ketahui  seperti mengumpat, mencelah, berkelahi, dan sebagainya. Sedangkan cara yang positif ialah menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang ia sukai serta bermanfaat bagi seperti menulis kekesalannya lewat sebuah tulisan, banyak mendengarkan murottal (bacaan Alquran dengan irama sedang), membaca, berolahraga, dan berbagai macam cara lainnya. Dan apa yang sedang pembaca nikmati ini adalah bentuk sebuah kekesalan dan keresahan dalam sebuah tulisan.
            Cuaca memang tiada yang bisa menebak kecuali Yang Maha Penciptanya sendiri kemudian malaikat yang Ia perintahkan untuk membagikan rezeki hujan tersebut ke bumi cinta-Nya. Dua hari yang lalu, kita saksikan sendiri bahwa Jazirah Makassar sedang hangat-hangatnya dalam pelukan mentari. Namun, kemarin dan pagi ini, mentari bersembunyi entah ke mana. Awan menggumpal datang dan menurunkan butiran-butiran air yang lembut. Membasahi bumi dengan kasih dan sayang hingga tetumbuhan pun kembali bersememangat untuk melakukan dinamisme hidup.
            Pagi dan mendung. Sebuah perpaduan indah yang biasanya menghasilkan kemalasan bagi sebagian orang hingga lebih memilih berada di balik selimutnya dari pada mencari aktivitas lain, apatah lagi kalau memang hari itu sedang libur dari berbagai aktivitas duniawi seperti kuliah, sekolah, dan bekerja. Namun, mungkin bagi sebagian orang menyatakan kesyukurannya karena telah lama menunggu cuaca dan suasana yang demikian hingga memberikan aura positif bagi dirinya untuk berbuat dan melakukan sesuatu. Benar-benar, kita harus memahami seseorang dan tidak memaksakan kehendak diri pribadi untuk menyukai hal yang kita sukai.
            Setidaknya, kita perlu belajar. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa tidaklah beriman seseorang sampai mencintai sesuatu yang yang juga dicintai saudaranya. Sebuah perkataan indah dari pemilik Jawami’ Al-qalim (sedikit kata padat makna), Rasulullah saw.
            Tahukah kita pembaca, mungkin kita pernah menegur seseorang yang sebenarnya teguran kita itu lebih pantas untuk diri kita sendiri—Penulis pernah melakukan hal yang demikian entah berapa kali. Kita dengan sedemikian pongahnya memberikan keritikan kepada orang lain dengan perkataan yang kasar hingga benar-benar bemaksud menjatuhkan dan menyakiti hati saudara kita. Kita begitu tega dan tak mau pusing dengan peluruh-peluruh yang terlontar dari mulut ini, peluruh-peluruh yang hakikatnya akan kembali menembuh raga kita di hari akhir nanti. Pernah kita sadar apa akibatnya nanti sebelum melepaskan hardikan, cacian, dan celaan tersebut. Kita merasa bahwa ini adalah nasehat namun kita tuliskan atau bahkan kita katakan dengan perkataan-perkataan kasar. Kira-kira apa tanggapan dari orang yang kita “nasehati” tersebut? Bagaimana jikalau posisi kita di balik, kita yang di“nasehati” dengan perkataan kasar tersebut, apa yang kira rasakan dan lakukan?
       Atau bahkan lebih parahnya lagi, kita mungkin  telah berembuk dengan teman-teman kita memperbincangkan sesuatu yang tentang kekeliruan yang dilakukan oleh saudara kita tanpa menyembunyikan identitas saudara kita itu ketika meminta sebuah pendapat untuk menasehatinya. Paham maksud saya wahai pembaca? Pernahkah kita melakukannya? Padahal kita boleh jadi tidak tahu bahwa hal itu akan menyakiti saudara kita. Dan tahukah pembaca bahwa hal itu adalah gibah?
            “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujurat; 12)
            Kita mungkin dengan bangganya berkata bahwa apa yang kita perbincangkan (bahasa kasarnya gosipkan) itu adalah kebenaran tanpa memedulikan apakah saudara yang menjadi objek diskusi kita sakit hatinya atau tidak. Namun tahukan kita bahwa itulah sejatinya gibah. Karena dalam sebuah riwayat dari Tirmidzi dikatakan bahwa:
             “Abu Hurairah berkata; Ditanyakan kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, apakah gibah itu?" beliau menjawab: "Kamu menyebutkan tentang temanmu dengan sesuatu yang ia benci." Ia bertanya lagi, "Bagaimana sekiranya apa yang kukatakan memang benar?" Beliau menjawab: "Jika memang apa yang kamu katakan itu benar, maka sungguh kamu telah menggibahnya, namun jika apa yang kamu katakan itu tidak benar, maka sungguh kamu telah berdusta." Hadits semakna juga diriwayatkan dari Abu Bazrah, Ibnu Umar dan Abdullah bin Amr. Abu Isa berkata; Ini adalah hadits hasan shahih.”
            Anggaplah kita di posisi yang dibicarakan dan diceritakan kekeliruannya, bagaimana perasaan kita? Ketika hal tersebut diklarifikasikan kita menjelaskan tentang “kekeliruan” tersebut namun orang yang memgibahi kita tidak mau mengaku namun bersembunyi di balik alasan-alasan dengan bumbuh-bumbuh kebohongan yang telah jelas di mata kita. Ataukah kita orang yang mengelak tersebut? Sering kali kita lupa mencubit diri sendiri sebelum mencubit orang lain. Kita lupa rasanya bagaimana cubitan keras itu lalu kita dengan pongahnya mencubit orang lain dengan begitu kerasnya. Benarlah sebuah pepatah bahwa mulutmu harimaumu. Jagalah mulutmu, jangan sampai ia menelanmu mentah-mentah.
            Wahai pembaca yang budiman, apa yang kita lakukan ketika kita dinasehati oleh orang sebenarnya butuh nasehat bagi dirinya sendiri. Anggaplah, kita disuruh puasa untuk menahan hawa nafsu syahwat namun orang yang mengatakannya memiliki pacar dan senantiasa saling mengumbar aurat dan cinta yang sejatinya dilakukan setelah pernikahan? Ataukah kita disuruh salat oleh orang yang tidak melakukan salat? Paradoks memang! Namun, dalam sebuah pepatah dikatan bahwa jangan lihat dari siapa nasehat itu disampaikan, namun lihat apa yang dinasehatkannya. Lalu bagaimana kalau nasehatnya bernada kasar? Nah, ini yang menjadi persoalan bagi setiap manusia tak terkecuali bagi penulis sendiri untuk selalu menyampaikan kebaikan dengan lembut serta berdakwah dengan hikmah. Tentu saja sebagian besar orang akan marah dan menolak mentah-mentah apabila nasehat-nasehat tersebut dengan bahasa yang kasar, apatah lagi kalaulah yang menyampaikan perkataannya seharusnya kembali kepada dirinya sendiri.
            Kita juga perlu belajar memahami bahwa mungkin saja ada urusan-urusan saudara kita yang tidak mau didiskusikan atau ditanyakan namun kita karena saking gila urusannya mencampuri hal-hal tersebut. Padahal, kita sendiri masih punya segudang permasalahan yang mesti dicarikan solusi dan sibuk di dalamnya. Kita terlalu menganggap hal-hal yang remeh-temeh hingga membuat kita pusing sendiri dan mendapatkan akibatnya sendiri. Bagaimana kalau kita biarkan saja masalah remeh-temeh tersebut, karena sejatinya kita memiliki masalah-masalah yang lebih besar yang perlu untuk kita pecahkan. Bukankah itu adalah salah satu seni menikmati hidup ini. Untuk yang satu ini, penulis kutip dari buku “Enjoy Your Life” karya Dr. Al-A’rifi cetakan Qistipress. Penulis sarankan, pembaca yang budiman membaca buku ini untuk bersama-sama belajar menikmati hidup.
            Setidaknya, kita terus belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik, pribadi yang berani dan mau berubah menuju arah yang lebih baik. Pribadi-pribadi yang lembut dan baik tutur kata dan perbuatannya. Sejatihnya memang kita membutuhkan nasehat karena memang agama itu adalah nasehat. Nasehat yang indah dan meresap lembut di dalam hati. Andai pun nasehat itu kasar, setidaknya nasehat itu berupa kebaikan, maka kita beranggapan saja bahwa yang menasehati itu belum tahu adab menasehati dan mengelus dada ini untuk menerima nasehatnya sambil suatu saat juga kembali menasehatinya untuk memperbaiki kesalahannya. Tentu dengan adab, cara, dan suasana yang lebih baik.
            Bukan pula menasehati orang yang sejatinya tidaklah  melakukan kesalahalan (namun karena kita juga agak suka ikut campur dalam urusan orang lain, terjadilah apa yang terjadi) dan membiarkan serta berlepas diri dari kesalahan-kesalahan yang jelas di kacamata syariat yang dilakukan oleh teman-teman kita yang lain.  Hidup ini terlalu singkat kalaulah kita hanya berkutat pada permasalah kecil dan remeh-temeh.
            Saya pikir, mungkin cukup untuk tulisan ini. Tidak ada kata terlambat untuk belajar menjadi lebih baik. Semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca!
            Selawat dan taslim untuk Rasul saw., keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang senantiasa menapak tilasi jalannya hingga akhir kelak.

16 April 2013
Komplek Hartako Indah setelah kerja bakti. Untuk diri dan yang membutuhkan.